Wednesday, May 21, 2008

Rahasia Meede

Di Den Haag pada akhir tahun 1949, perundingan penting antara Indonesia dan Belanda tengah dilakukan, konferensi meja bundar. Setelah menyepakati banyak hal, perundingan itu menemui jalan buntu ketika Belanda meminta Indonesia untuk melunasi hutang-hutang yang pernah dibuat oleh pemerintah kolonial sebagai syarat untuk pengakuan kedaulatan. Sumitro bersuara lantang menolak hutang yang tidak pernah dibuat Indonesia itu. Delegasi Hatta pun dilanda dilema. Bukankah Utang jagal bagi kedaulatan? Tetapi itulah masa ketika segalanya tampak mungkin. Bila manusia menyerah maka alam tidak, ia mengutus seseorang dari masa lalu. Dalam dingin malam yang membekukan, pria misterius itu meyakinkan delegasi Hatta untuk menerima persyaratan itu. "Ontvangen maar die onderhandeling. Indonesie heeft niets te verliezen" ucapnya meyakinkan.

Lebih dari lima puluh tahun kemudian, wartawan muda koran Indonesiaraya Batu Noah Gultom mencium jejak pembunuhan berantai dengan korban orang penting di Boven Digoel Papua. Ini melengkapi tiga pembunuhan misterius sebelumnya di Bukittinggi, Brussel dan Bangka. Mata rantai pembunuhan itu itu adalah kesamaan huruf "B" pada huruf awal lokasi pembunuhan. Tetapi yang lebih penting adalah pesan yang diterima keluarga korban. Dosa-dosa sosial sebagaimana pernah ditulis oleh Mahatma Gandhi dalam majalah Young India pada tahun 1925. Penelusuran itu membawa Batu untuk mengungkap peristiwa kematian orang-orang bertato di utara Jakarta beberapa tahun silam. Misteri tato yang membawanya dalam petualangan di pulau Siberut, Mentawai.

Pada saat yang bersamaan tiga orang peneliti dari Belanda, Erick Marcellius de Noiijer, Rafael Alexander van de Horst dan Robert Stephane Daucet terjebak dalam gairah ilmu untuk menemukan de ondergrondse stad, kota bawah tanah di daerah kota tua Jakarta. Penelitian yang tekun menuntun mereka untuk mengungkap rahasia ratusan tahun. Kuncinya ada pada lukisan sketsa Batavia lama karya Johannes Rach, seorang pelukis Denmark yang bekerja untuk VOC, tiga setengah abad silam. Mereka menemukannya dalam bentuk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Akan tetapi baru saja penemuan itu akan mereka rayakan, sebuah tragedi terjadi. Masih bisakah mereka kembali ke Belanda?

Cathleen Zwinckel adalah pendatang lain dari Belanda. Mahasiswa pascasarjana di Universitas Leiden itu mengaku tengah menyelesaikan thesis Master-nya tentang Sejarah Ekonomi Kolonial. Oleh profesornya, ia dititipkan pada CSA, sebuah lembaga think-thank terkemuka di Jakarta. Tetapi diam-diam ia memiliki agenda lain. Gadis cantik itu datang juga untuk mengungkap misteri ratusan tahun. Oleh profesornya, ia diminta untuk memecahkan misteri Surat Kew yang dikeluarkan oleh William V pada tahun 1795. Surat yang akan menuntunnya pada misteri terbesar yang selama ini hanya menjadi bisik-bisik, Het Geheim van Meede, Rahasia Meede. Kunci misteri itu ada pada sosok Suhadi, seorang arsiparis senior Arsip Nasional Republik Indonesia. Tetapi pekerjaan itu tidak semudah bayangan Cathleen. Jakarta mulai menunjukkan murkanya. Ia diculik kemudian terdampar di kepulauan rempah-rempah. Sosok gelap itu mulai terungkap; ia menginginkan semuanya. Laki-laki muda di balik penculikan itu bernama Kalek. Buronan nomor satu yang sempat dinyatakan tewas, dalang di balik peristiwa penyerbuan bersenjata dan kematian orang-orang bertato pada tahun 2002.

Pembunuhan berantai itu tidak berhenti. Tetapi Batu mulai bisa mencium jejak pembunuhnya. Tetapi di tengah-tengah penemuan itu, Parada Gultom, redaktur yang membawahi Batu di Indonesiaraya hilang tanpa jejak. Menemukan dirinya dalam ruang gelap dan kemudian dipaksa bicara setelah disuntik dengan Scopolamine, serum pengakuan. Sementara itu, Cathleen terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan yang ia takutkan dari Kalek. Tentang VOC, Monsterverbond hingga pembunuhan Pieter Erberveld pada bulan April 1722 di Batavia. Cathleen Zwinckel bertaruh dengan nasibnya. Sementara di balik ketegangan itu seorang guru biasa dipanggil Guru Uban hidup dalam kedamaian di Bojonggede. Tetapi di balik penampilan tenang, ia menyimpan sebuah rahasia.

Lembar demi lembar misteri mulai terungkap ketika Lalat Merah, nama sandi untuk seorang perwira muda pasukan Sandhi Yudha Kopassus memburu Kalek. Mereka berdua adalah teman karib ketika masih menjadi siswa SMA Taruna Nusantara. Tetapi kemudian masa depan menyodorkan pilihan pahit dalam persahabatan mereka; satu memburu yang lainnya. Dalam perburuan, Kalek mengirimkan isyarat dalam bentuk dialog Nabi Musa dan Nabi Khidr. Perlahan Lalat Merah membongkar misteri ini sambil terus berusaha menyelamatkan Cathleen Zwinckel. Pertanyaan-pertanyaan mulai terjawab, tentang peristiwa di tahun 2002, 1949, 1722, hingga masa akhir pemerintahan Deandels di Batavia. Pembunuhan berantai, kota bawah tanah, surat Kew, Monsterverbond, Erberveld, KMB berujung pada satu misteri harta karun VOC.

Bisakah rentetan pembunuhan itu dihentikan dan bagaimana sebenarnya jalinan panjang sejarah 400 tahun bermuara pada satu sosok manusia di masa kini?
Testimonial Rahasia Meede




Membaca novel sejarah selalu meninggalkan impresi tersendiri, sesaat setelah membacanya kita sering ditinggalkan dalam takjub pertanyaan ini, "benarkah segala hal besar yang menentukan hidup kita, hari ini ditentukan oleh perbuatan unik orang-orangyang tepat di saat yang tepat?"membaca rahasia meede, kita jadi termangu-mangu menatap sebuah bangunan besar negara-bangsa bernama indonesia kini, kita diberitahu dan diingatkan pada tanah tempat dimana bangunan besar tersebut berdiri, saat ia masih berupa semak belukar dimana misteri menjadi satu-satunya jalan setapak yang ada.
- Budiman Sujatmiko, pegiat politik muda

Thursday, May 15, 2008

Hakekat Berbangsa dan Bernegara

Selanjutnya perlu diketahui secara jelas tentang hakekat berbangsa dan bernegara bagi Indonesia sehingga akan dapat dilacak lebih jauh untuk orientasi selanjutnya. bahwa keberadaan suatu bangsa atau negara pada dasarnya merupakan wujud dari sebuah kontrak social. Sebagai bangsa terdiri dari komponen atau kelompok besar yaitu suku bangsa, ras dan etnis. Suku bangsa dibedakan menurut cirri-ciri fisik, tempat tinggal atau geografi tertentu dengan budaya tertentu pula. Ras dibedakan menurut cirri fisik, geografi tertentu yang lebih luas dan budaya yang khas. Di Indonesia terdiri dari ras Melayu, ras Paluisia dan ras Melanisia, sedang etnis merupakan pengelompokan dengan cirri fisik tertentu dengan karakter yang relative sama namun berasal dari induk dengan geografi tertentu 4). Dalam hal ini kelompok tersebut membentuk komunitas tertentu yang disebut bangsa yang memiliki geografi pada suatu negara, memiliki budaya, karakter dan jati diri yang diklaim bahasa nasional dan sebagainya 5).
Sedang pengertian negara menurut.6) terdiri dari 3 komponen utama yaitu geografi, rakyat dan pemerintah. Bagi Indonesia ketiga komponen tersebut sudah jelas dimiliki sejak proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam sejarah perkembangan negara, Indonesia mengalami beberapa perubahan sejak proklamasi yaitu pernah mencul pemerintah RIS yang kemudian kembali ke NKRI, masuknya Irian Barat pada tahun 1965, masuknya Timor Timur pada tahun 1976.dan pisahnya kembali Timor-timur pada tahun 19987). Pada saat ini NKRI mempunyai permasalahan penting diantaranya nuansa disintegrasi beberapa daerah disamping Timor Timur yang sudah lepas. Ada pula muncul aspirasi negara liberal dari segelintir orang namun tak mendapat respon di masyarakat sebagai dinamika kehidupan bernegara.


Wednesday, May 14, 2008

Menjawab Permasalahan Berbangsa

Dalam kaitan untuk memenuhi kebutuhan bagi keberadaan dan pengembangannya, manusia atau kelompok manusia baik dalam tingkatan suku bangsa maupun bangsa saling bersepakat untuk membentuk komunitas sampai dalam bentuk bangsa. Sebagai kontak social 1) maka dalam upaya mempertahankan komunitas tersebut pada umumnya membuat ikatan-ikatan seperti halnya cita-cita atau tujuan bersama. Intensitas dari ikatan-ikatan itulah yang pada wujudnya akan menggambarkan atau sebagai factor penting kuat dan kurang kuatnya suatu bangsa. Dalam masalah ini bentuk ikatan yang paling menentukan selain cita-cita bersama atau tujuan nasional adalah idiologi yang digunakan sebagai filisofi dasar untuk mengejar bagi terwujudnya cita-cita yang telah ditentukan.
Bagi bangsa Indonesia dari keduanya yaitu cita-cita atau tujuan nasional dan idiologi negara secara jelas telah tertuang dalam konstitusi yaitu pada alenia 4 Pembukaan UUD 1945. sebagai tujuan nasional ditetapkan adanya 4 sasaran yang ingin dicapai dan diupayakan oleh pemerintah (bersama seluruh masyarakat) yaitu pertama melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia; kedua, mencerdaskan kehidupan bangsa; ketiga, meningkatkan kesejahteraan umum dan keempat, ikut serta dalam pemeliharaan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan sebagai idiologi negara menetapkan Pancasila sebagai dasar negara 2).
Dalam upaya mengejar cita-cita atau tujuan nasional tersebut baik pemerintah maupun seluruh lapisan masyarakat berupaya untuk mewujudkan melalui penggarapan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang mencakup idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, lingkungan, pertahanan dan keamanan dan ketertiban masyarakat 3). Dilapangan segala bentuk upaya tersebut tentu saja menghadapi berbagai dinamika akibat berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar negeri yang berbentuk ancaman, tantangan ataupun kendala dan hambatan yang tentu situasinya pun sangat berfariasi mulai dari tingkat rendah sampai tinggi atau bahkan membahayakan bagi eksistensi atau kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Sejauh komitmen untuk mewujudkan cita-cita berbangsa tersebut masih ada maka tentu saja segala bentuk ancaman, tantangan, kendala dan hambatan tersebut harus dijawab atau diselesaikan. Selain itu tidak kalah pentingnya adalah bagaimana merancang bangun masa depan bangsa dan negara baik dari sisi bentuk atau figure yang diinginkan serta kinerjanya yang memiliki tolok ukur yang jelas termasuk dalam lingkungan kehidupan bersama negara-negara lain di dunia.


Tuesday, May 13, 2008

MENJADI PEMIMPIN YANG EFEKTIF

“Saya akan mengerjakan persis seperti apa yang saya katakan, tetapi bila saya berubah pikiran, saya akan memberitahukan sebelumnya, sehingga tidak membingungkan pengikut saya”
(Greensboro Centre for Creative Leadership, North Carolina, USA).

Pengantar

Setiap Perwira , hakikanya adalah pemimpin (Leader) alias bos (Manager) pada lingkup tugas masing-masing. Siap atau tidak, predikat sebagai Perwira ini akan membawa konsekwensi pada sebuah tanggung jawab. Dalam proses pelaksanaan tugas dan tanggung jawab inilah, disadari atau tidak, setiap Perwira telah mempraktikkan apa yang dinamakan dengan kepemimpinan (Leadership).

Banyak diantara pemimpin yang berhasil serta dikenal dan disegani bawahannya, meskipun mereka belum mendapat bekal teori-teori kepemimpinan. Sebaliknya, tidak sedikit pemimpin yang tidak memiliki kapabilitas dan kecakapan, meskipun mereka berstatus sebagai pemimpin. Idealnya, seorang pemimpin adalah mereka yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas sekaligus memiliki kapabilitas dan kecakapan memimpin, sehingga visi dan misi lembaga yang dipimpinnya dapat terlaksana dengan baik.

Di era sekarang, praktek kepemimpinan dengan sistem Management By Angry (MBA), sudah selayaknya ditinggalkan. Selain sangat tidak populer, kepemimpinan model ini hanya akan menjadi bumerang. Karena setelah tidak menjadi pemimpin, biasanya akan muncul cemoohan, cacian, makian, kurang dihargai bahkan dibenci oleh mantan bawahannya. Sebaliknya, diera mendatang (era tranparansi) ada kecenderungan masyarakat, -- tidak terkecuali di kalangan militer -- akan melihat kejujuran sebagai pilar utama sekaligus karakteristik kepemimpinan yang terpenting diantara karakteristik-karakteristik yang lain.
(aulia)